10 Contoh Kruna Sukil Dan Terjemahannya Ke Bahasa Indonesia Yang Sering Digunakan

by ADMIN 82 views

Apa Itu Kruna Sukil? Mari Kita Kenali Lebih Dalam!

Guys, sebelum kita masuk ke contoh-contohnya, kita kenalan dulu yuk sama kruna sukil. Dalam bahasa Bali, kruna sukil ini adalah kata-kata yang terbentuk dari pengulangan. Nah, pengulangan ini bisa terjadi pada seluruh kata atau hanya sebagian suku kata aja. Tujuannya? Macam-macam! Bisa untuk mempertegas makna, menyatakan banyak, atau bahkan memberikan kesan tertentu pada kata tersebut. Bayangin aja, kayak lagi ngomong “cepat-cepat”, kan kedengerannya lebih urgent daripada cuma bilang “cepat”, ya kan? Dalam tata bahasa Bali, memahami kruna sukil ini penting banget karena sering muncul dalam percakapan sehari-hari maupun dalam teks-teks sastra. Jadi, dengan mengenalinya, kita bisa lebih jago lagi dalam berbahasa Bali. Pengulangan kata dalam kruna sukil ini bukan sekadar tempel-menempel kata aja, lho. Ada aturan-aturan tertentu yang perlu diperhatikan supaya pengulangannya tepat dan maknanya juga jelas. Misalnya, ada pengulangan yang melibatkan perubahan bunyi atau penambahan imbuhan. Nah, detail-detail kayak gini yang bikin bahasa Bali itu kaya dan menarik. Jadi, jangan cuma dihafal contoh-contohnya aja ya, tapi coba pahami juga prinsip-prinsip dasar pembentukan kruna sukil. Dengan begitu, kita bisa lebih kreatif dalam menggunakan bahasa Bali dan nggak cuma jadi follower aja, tapi bisa jadi trendsetter! Selain itu, pemahaman tentang kruna sukil juga membantu kita dalam memahami konteks kalimat secara keseluruhan. Kadang, makna sebuah kalimat bisa berubah drastis tergantung pada jenis kruna sukil yang digunakan. Misalnya, kata yang diulang sebagian bisa memberikan kesan yang berbeda dengan kata yang diulang sepenuhnya. Ini kayak kita lagi dengerin musik, deh. Setiap not punya peranannya masing-masing dalam menciptakan melodi yang indah. Sama kayak kruna sukil, setiap jenis pengulangan punya peranannya masing-masing dalam menyampaikan pesan yang kita maksud. Jadi, jangan anggap remeh ya! Yuk, kita telaah lebih lanjut biar makin mantap!

Mengapa Kruna Sukil Penting dalam Bahasa Bali?

Kalian tau gak sih, kenapa kruna sukil ini penting banget dalam bahasa Bali? Jadi gini, guys, kruna sukil itu bukan cuma sekadar hiasan dalam bahasa, tapi punya peran penting dalam menyampaikan makna yang lebih mendalam dan ekspresif. Bayangin aja, kalau kita mau bilang sesuatu itu banyak, daripada cuma bilang “buku”, kita bisa bilang “buku-buku”. Langsung kebayang kan tumpukan buku yang banyak banget? Nah, itu salah satu contohnya. Pentingnya kruna sukil juga terletak pada kemampuannya dalam memberikan nuansa emosional pada kata. Misalnya, kalau kita bilang “adi”, itu artinya adik. Tapi kalau kita bilang “adi-adi”, kesannya jadi lebih sayang dan manja, kan? Jadi, kruna sukil ini bisa dibilang sebagai bumbu dalam bahasa Bali yang bikin percakapan jadi lebih hidup dan berwarna. Gak cuma itu, guys. Dalam konteks budaya Bali, kruna sukil sering digunakan dalam berbagai upacara adat dan kesenian tradisional. Misalnya, dalam kidung atau mantra, seringkali kita menemukan kruna sukil yang digunakan untuk memperkuat makna spiritual atau magis dari kata-kata tersebut. Jadi, kruna sukil ini bukan cuma bagian dari tata bahasa aja, tapi juga bagian dari identitas budaya Bali yang kaya dan unik. Dengan memahami kruna sukil, kita juga bisa lebih mengapresiasi keindahan dan kekayaan bahasa Bali secara keseluruhan. Kita jadi lebih peka terhadap nuansa-nuansa halus dalam percakapan dan tulisan, serta lebih mampu menyampaikan pikiran dan perasaan kita dengan tepat dan efektif. Ini kayak kita belajar melukis, deh. Dengan menguasai berbagai teknik dan warna, kita bisa menciptakan lukisan yang lebih indah dan bermakna. Sama kayak kruna sukil, dengan menguasainya, kita bisa merangkai kata-kata menjadi kalimat yang lebih indah dan bermakna. So, jangan ragu untuk belajar dan mengeksplorasi kruna sukil ya! Dijamin seru dan bermanfaat banget!

10 Contoh Kruna Sukil yang Sering Digunakan Sehari-hari

Nah, sekarang kita masuk ke bagian yang paling ditunggu-tunggu, yaitu contoh-contoh kruna sukil! Biar gak bingung, kita langsung lihat aja 10 contoh kruna sukil yang sering banget kita denger atau baca dalam percakapan sehari-hari, lengkap dengan terjemahannya ke bahasa Indonesia. Ini dia list-nya:

  1. Mobil-mobil: Ini adalah contoh kruna sukil yang paling sederhana, yaitu pengulangan kata benda untuk menyatakan jumlah yang banyak. Dalam bahasa Indonesia, artinya adalah mobil-mobil. Gampang banget kan? Contoh kalimatnya: "Di parkiran ada mobil-mobil mewah." (Di parkiran ada mobil-mobil mewah.) Jadi, kalau kalian mau bilang ada banyak mobil, tinggal tambahin aja pengulangan di belakang kata "mobil". Praktis! Tapi, ingat ya, kruna sukil gak cuma buat kata benda aja. Ada juga yang buat kata kerja, kata sifat, dan lain-lain. Makanya, penting buat kita pelajarin lebih dalam lagi. Pengulangan dalam kruna sukil ini juga bisa memberikan kesan yang berbeda, lho. Misalnya, kalau kita bilang "buku-buku", kesannya lebih santai dan umum. Tapi, kalau kita bilang "buku-buku itu", kesannya jadi lebih spesifik dan menekankan pada buku-buku tertentu. Jadi, pemilihan kata dan pengulangannya juga perlu diperhatikan supaya pesan yang kita sampaikan tepat sasaran. Selain itu, kruna sukil juga bisa dipadukan dengan kata lain untuk membentuk frasa atau kalimat yang lebih kompleks. Misalnya, kita bisa bilang "mobil-mobilan", yang artinya mainan mobil. Atau, kita bisa bilang "mobil-mobilan anak-anak", yang artinya mainan mobil milik anak-anak. Nah, dengan menguasai kruna sukil, kita bisa lebih fleksibel dalam merangkai kata dan kalimat. Jadi, jangan cuma dihafal contohnya aja ya, tapi coba juga buat kalimat sendiri dengan menggunakan kruna sukil. Dijamin kemampuan bahasa Bali kalian bakal makin meningkat!
  2. Mémé-mémé: Kata ini artinya ibu-ibu. Pengulangan ini juga menunjukkan jumlah yang banyak, tapi sekaligus memberikan kesan akrab dan dekat. Dalam bahasa Bali, panggilan untuk ibu adalah "mémé". Jadi, kalau ada banyak ibu-ibu, kita bisa bilang "mémé-mémé". Contoh kalimatnya: "Mémé-mémé di banjar lagi masak." (Ibu-ibu di banjar lagi memasak.) Kruna sukil ini sering kita dengar di pasar, di acara-acara adat, atau di tempat-tempat umum lainnya. Penggunaannya juga menunjukkan rasa hormat dan keakraban kita terhadap para ibu. Dalam budaya Bali, ibu memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga dan masyarakat. Mereka adalah sosok yang penuh kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan. Jadi, penggunaan kruna sukil "mémé-mémé" ini juga sebagai bentuk penghargaan kita terhadap mereka. Selain itu, kruna sukil ini juga bisa digunakan dalam konteks yang lebih luas, misalnya untuk menyebut kelompok perempuan dewasa secara umum. Kita bisa bilang "mémé-mémé PKK", yang artinya ibu-ibu anggota PKK. Atau, kita bisa bilang "mémé-mémé pedagang", yang artinya ibu-ibu pedagang. Nah, dengan memahami makna dan penggunaannya, kita bisa lebih tepat dalam menggunakan kruna sukil ini dalam berbagai situasi. Jadi, jangan ragu untuk menggunakan kruna sukil ini dalam percakapan sehari-hari. Dijamin orang Bali bakal lebih seneng dan merasa lebih dekat dengan kita.
  3. Kuda-kuda: Sama seperti contoh sebelumnya, kruna sukil ini juga menyatakan jumlah yang banyak, yaitu kuda-kuda. Contoh kalimatnya: "Di padang ada kuda-kuda liar." (Di padang ada kuda-kuda liar.) Kata "kuda" sendiri sudah cukup jelas artinya, tapi dengan pengulangan, kita bisa membayangkan ada sekawanan kuda yang sedang berlarian di padang rumput. Indah banget, kan? Pengulangan kata dalam kruna sukil ini emang punya kekuatan magis dalam menciptakan gambaran visual yang lebih hidup dan jelas di benak kita. Ini kayak kita lagi nonton film, deh. Setiap adegan dirangkai dengan detail yang cermat sehingga kita bisa merasakan emosi dan suasana yang ingin disampaikan oleh sutradara. Sama kayak kruna sukil, setiap pengulangan kata dirancang untuk memberikan kesan dan makna yang lebih mendalam. Selain itu, kruna sukil ini juga bisa digunakan dalam konteks yang lebih simbolis. Misalnya, dalam seni pertunjukan Bali, kuda seringkali menjadi simbol kekuatan, kecepatan, dan keberanian. Jadi, penggunaan kruna sukil "kuda-kuda" dalam sebuah cerita atau tarian bisa memberikan nuansa yang lebih heroik dan megah. Nah, dengan memahami makna simbolis ini, kita bisa lebih mengapresiasi karya seni Bali secara keseluruhan. Jadi, jangan cuma dilihat dari bentuknya aja ya, tapi coba pahami juga pesan yang ingin disampaikan oleh seniman. Dijamin kita bakal lebih terpesona dengan keindahan dan kekayaan budaya Bali.
  4. Bajang-bajang: Nah, kalau ini artinya gadis-gadis. Kata "bajang" dalam bahasa Bali artinya gadis atau perempuan muda yang belum menikah. Jadi, "bajang-bajang" adalah bentuk jamaknya. Contoh kalimatnya: "Bajang-bajang Bali cantik-cantik." (Gadis-gadis Bali cantik-cantik.) Kruna sukil ini sering digunakan untuk memuji atau menggambarkan kecantikan dan keanggunan gadis Bali. Pengulangan kata "bajang" ini juga memberikan kesan yang lebih akrab dan hangat. Ini kayak kita lagi ngobrol sama teman-teman, deh. Kita pakai bahasa yang santai dan akrab supaya suasananya lebih menyenangkan. Sama kayak kruna sukil, pengulangan kata ini bikin percakapan jadi lebih hidup dan gak kaku. Selain itu, kruna sukil ini juga sering digunakan dalam lagu-lagu atau puisi Bali. Pengulangan kata "bajang" ini bisa menciptakan rima yang indah dan membuat lirik lagu lebih mudah diingat. Ini kayak kita lagi dengerin musik, deh. Rima dan melodi yang pas bikin lagu jadi enak didenger dan bikin kita pengen nyanyiin terus. Sama kayak kruna sukil, pengulangan kata ini bikin bahasa Bali jadi lebih indah dan merdu. Jadi, jangan ragu untuk menggunakan kruna sukil ini dalam percakapan atau tulisan kalian. Dijamin bahasa Bali kalian bakal terdengar lebih indah dan memikat.
  5. Anak-anak: Ini dia kruna sukil yang paling sering kita denger, yaitu anak-anak. Artinya tentu saja anak-anak. Pengulangan ini jelas menunjukkan jumlah anak yang lebih dari satu. Contoh kalimatnya: "Anak-anak bermain di lapangan." (Anak-anak bermain di lapangan.) Kata "anak" sendiri udah familiar banget buat kita, tapi dengan pengulangan, kita bisa membayangkan sekumpulan anak yang sedang bermain dengan riang gembira. Pengulangan dalam kruna sukil ini emang punya kekuatan untuk menghidupkan suasana dan menciptakan gambaran yang lebih jelas di benak kita. Ini kayak kita lagi baca buku cerita, deh. Setiap kata dirangkai dengan cermat sehingga kita bisa membayangkan tokoh, tempat, dan kejadian dalam cerita tersebut. Sama kayak kruna sukil, setiap pengulangan kata dirancang untuk memberikan kesan dan makna yang lebih mendalam. Selain itu, kruna sukil ini juga sering digunakan dalam konteks pendidikan atau pengasuhan anak. Misalnya, kita bisa bilang "guru-guru", yang artinya guru-guru. Atau, kita bisa bilang "orang tua-orang tua", yang artinya orang tua-orang tua. Nah, dengan memahami makna dan penggunaannya, kita bisa lebih tepat dalam berkomunikasi dengan orang lain, terutama yang berkaitan dengan anak-anak. Jadi, jangan ragu untuk menggunakan kruna sukil ini dalam berbagai situasi. Dijamin percakapan kita bakal lebih efektif dan bermakna.
  6. Becik-becik: Kalau ini adalah contoh kruna sukil dari kata sifat, yang artinya baik-baik atau hati-hati. Pengulangan ini bisa digunakan untuk memberikan nasihat atau peringatan. Contoh kalimatnya: "Ngih, jalan becik-becik." (Ya, jalan baik-baik/hati-hati.) Kruna sukil ini sering kita denger saat berpamitan atau saat seseorang mau melakukan perjalanan. Pengulangan kata "becik" ini memberikan kesan yang lebih tulus dan perhatian. Ini kayak kita lagi ngasih dukungan ke teman, deh. Kita pakai kata-kata yang positif dan menyemangati supaya teman kita merasa lebih percaya diri. Sama kayak kruna sukil, pengulangan kata ini bikin pesan yang kita sampaikan jadi lebih bermakna. Selain itu, kruna sukil ini juga bisa digunakan dalam konteks yang lebih luas, misalnya untuk memberikan nasihat tentang perilaku atau tindakan yang baik. Kita bisa bilang "melajah becik-becik", yang artinya belajar baik-baik. Atau, kita bisa bilang "ngomong becik-becik", yang artinya berbicara baik-baik. Nah, dengan memahami makna dan penggunaannya, kita bisa lebih bijak dalam menggunakan bahasa Bali untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jadi, jangan ragu untuk menggunakan kruna sukil ini dalam berbagai situasi. Dijamin kita bakal jadi pribadi yang lebih positif dan bijaksana.
  7. Gelis-gelis: Kruna sukil ini berasal dari kata "gelis" yang artinya cepat. Jadi, "gelis-gelis" artinya cepat-cepat. Pengulangan ini memberikan kesan mendesak atau segera. Contoh kalimatnya: "Gelis-gelis mai!" (Cepat-cepat ke sini!) Kruna sukil ini sering kita denger saat ada situasi yang darurat atau penting. Pengulangan kata "gelis" ini memberikan tekanan pada tindakan yang harus segera dilakukan. Ini kayak kita lagi ngasih instruksi ke orang lain, deh. Kita pakai kata-kata yang tegas dan jelas supaya orang lain ngerti apa yang harus dilakuin. Sama kayak kruna sukil, pengulangan kata ini bikin pesan yang kita sampaikan jadi lebih efektif. Selain itu, kruna sukil ini juga bisa digunakan dalam konteks yang lebih santai, misalnya saat kita ngajak teman untuk buruan pergi. Kita bisa bilang "gelis-gelis jalan", yang artinya cepat-cepat jalan. Atau, kita bisa bilang "gelis-gelis siap", yang artinya cepat-cepat siap. Nah, dengan memahami makna dan penggunaannya, kita bisa lebih fleksibel dalam menggunakan kruna sukil ini dalam berbagai situasi. Jadi, jangan ragu untuk menggunakan kruna sukil ini dalam percakapan sehari-hari. Dijamin bahasa Bali kita bakal terdengar lebih dinamis dan ekspresif.
  8. Dija-dija: Ini adalah kruna sukil dari kata tanya "dija" yang artinya di mana. Jadi, "dija-dija" artinya di mana-mana. Pengulangan ini menunjukkan lokasi yang tidak spesifik atau tersebar. Contoh kalimatnya: "Tiang ngalih kamu di dija-dija." (Saya mencari kamu di mana-mana.) Kruna sukil ini sering kita denger saat kita lagi nyari sesuatu atau seseorang tapi gak tau persis lokasinya. Pengulangan kata "dija" ini memberikan kesan bahwa pencarian dilakukan di banyak tempat. Ini kayak kita lagi main petak umpet, deh. Kita nyariin teman kita di semua tempat yang mungkin. Sama kayak kruna sukil, pengulangan kata ini bikin pesan yang kita sampaikan jadi lebih dramatis. Selain itu, kruna sukil ini juga bisa digunakan dalam konteks yang lebih abstrak, misalnya untuk menyatakan keberadaan sesuatu yang ada di mana-mana. Kita bisa bilang "Tresna ada di dija-dija", yang artinya cinta ada di mana-mana. Atau, kita bisa bilang "Dewa ada di dija-dija", yang artinya Tuhan ada di mana-mana. Nah, dengan memahami makna dan penggunaannya, kita bisa lebih kreatif dalam menggunakan kruna sukil ini untuk menyampaikan berbagai ide dan gagasan. Jadi, jangan ragu untuk menggunakan kruna sukil ini dalam percakapan atau tulisan kita. Dijamin bahasa Bali kita bakal terdengar lebih puitis dan bermakna.
  9. Jalan-jalan: Nah, kruna sukil yang satu ini pasti udah pada tau artinya, kan? Yap, jalan-jalan artinya berjalan-jalan atau bepergian. Pengulangan ini memberikan kesan santai dan menyenangkan. Contoh kalimatnya: "Mai jalan-jalan ke pantai!" (Ayo berjalan-jalan ke pantai!) Kruna sukil ini sering kita denger saat kita ngajak teman atau keluarga untuk liburan atau rekreasi. Pengulangan kata "jalan" ini memberikan semangat dan antusiasme untuk melakukan perjalanan. Ini kayak kita lagi ngrencanain liburan seru, deh. Kita semangat banget buat nyusun rencana dan ngebayangin hal-hal seru yang bakal kita lakuin. Sama kayak kruna sukil, pengulangan kata ini bikin suasana jadi lebih menyenangkan. Selain itu, kruna sukil ini juga bisa digunakan dalam konteks yang lebih luas, misalnya untuk menyatakan kegiatan bepergian secara umum. Kita bisa bilang "Tiang demen jalan-jalan", yang artinya saya suka bepergian. Atau, kita bisa bilang "Jalan-jalan ke luar negeri", yang artinya bepergian ke luar negeri. Nah, dengan memahami makna dan penggunaannya, kita bisa lebih fleksibel dalam menggunakan kruna sukil ini untuk berbagai keperluan. Jadi, jangan ragu untuk menggunakan kruna sukil ini dalam percakapan sehari-hari. Dijamin kita bakal lebih sering ngajakin orang buat liburan!
  10. Kenyat-kenyit: Kruna sukil yang terakhir ini agak unik nih, guys. Kenyat-kenyit artinya berkedip-kedip. Pengulangan ini menggambarkan gerakan mata yang cepat dan berulang-ulang. Contoh kalimatnya: "Lampunya kenyat-kenyit." (Lampunya berkedip-kedip.) Kruna sukil ini sering kita denger saat kita ngedeskripsiin sesuatu yang cahayanya gak stabil atau ada gangguan. Pengulangan kata "kenyat" ini memberikan gambaran yang jelas tentang gerakan mata yang berkedip. Ini kayak kita lagi nonton film horor, deh. Lampu yang berkedip-kedip bikin suasana jadi lebih mencekam. Sama kayak kruna sukil, pengulangan kata ini bikin deskripsi kita jadi lebih hidup dan dramatis. Selain itu, kruna sukil ini juga bisa digunakan dalam konteks yang lebih metaforis, misalnya untuk menggambarkan perasaan atau emosi yang tidak stabil. Kita bisa bilang "Matanya kenyat-kenyit", yang artinya matanya berkedip-kedip (karena gugup atau takut). Atau, kita bisa bilang "Pikirannya kenyat-kenyit", yang artinya pikirannya tidak fokus atau bingung. Nah, dengan memahami makna dan penggunaannya, kita bisa lebih kreatif dalam menggunakan kruna sukil ini untuk menyampaikan berbagai ekspresi dan perasaan. Jadi, jangan ragu untuk menggunakan kruna sukil ini dalam percakapan atau tulisan kita. Dijamin bahasa Bali kita bakal terdengar lebih kaya dan ekspresif. Gimana, guys? Udah mulai kebayang kan apa itu kruna sukil dan contoh-contohnya? Jangan lupa dipraktikkin ya!

Kesimpulan: Kruna Sukil Memperkaya Bahasa Bali

Dari 10 contoh yang udah kita bahas tadi, keliatan banget kan kalau kruna sukil ini punya peran penting dalam memperkaya bahasa Bali? Guys, pengulangan kata dalam kruna sukil gak cuma bikin bahasa jadi lebih indah dan ekspresif, tapi juga membantu kita menyampaikan makna dengan lebih tepat dan efektif. Bayangin aja, kalau kita gak punya kruna sukil, mungkin kita bakal kesulitan buat ngejelasin sesuatu yang jumlahnya banyak atau sesuatu yang gerakannya berulang-ulang. Dengan adanya kruna sukil, kita bisa ngomong "mobil-mobil" buat ngegambarin banyak mobil, atau "kenyat-kenyit" buat ngegambarin lampu yang berkedip-kedip. Simpel, kan? Kruna sukil juga bikin bahasa Bali jadi lebih hidup dan berwarna. Pengulangan kata bisa memberikan nuansa emosional yang lebih kuat, misalnya saat kita bilang "adi-adi" buat nunjukkin rasa sayang ke adik. Atau, bisa juga memberikan kesan yang lebih mendesak, misalnya saat kita bilang "gelis-gelis" buat nyuruh orang buruan. Nah, dengan memahami berbagai fungsi dan makna kruna sukil, kita bisa lebih lihai dalam menggunakan bahasa Bali untuk berkomunikasi. Gak cuma itu, guys. Kruna sukil juga merupakan bagian dari identitas budaya Bali yang unik dan kaya. Dalam berbagai upacara adat, kesenian tradisional, dan sastra Bali, kruna sukil sering digunakan untuk memperkuat makna spiritual, magis, atau estetis dari kata-kata tersebut. Jadi, dengan belajar kruna sukil, kita juga ikut melestarikan dan mengembangkan warisan budaya Bali yang berharga ini. So, jangan pernah ngerasa bosen buat belajar bahasa Bali ya, guys. Apalagi kruna sukil, yang keliatannya simpel tapi punya makna yang dalem banget. Dengan terus belajar dan praktik, kita bisa jadi generasi muda Bali yang bangga dan cinta sama bahasanya sendiri. Yuk, lestarikan bahasa Bali! Dengan mengenal dan memahami kruna sukil, kita semakin menghargai kekayaan bahasa Bali. Semoga artikel ini bermanfaat ya!